Selasa, 13 Maret 2012

Bahaya soft lens




Bahaya Soft Lens
Apakah anda konsumer yang kerap kali menggunakan soft lens (lensa kontak)? Memang di zaman serba canggih saat ini banyak cara yang dilakukan masyarakat untuk menyempurnakan penampilan. Sebut saja salah satu cara simple adalah dengan menggunakan soft lens. Ini bukan suatu hal yang langka untuk di konsumsi dari berbagai kalangan. Tidak hanya dewasa saja, tingkat remaja pun banyak terlihat asyik ’menikmati’ lensa lembut yang dipasang pada mata ini.
Soft lens berfungsi untuk memperindah bola mata yang memiliki beberapa variasi warna pilihan, atau sebagai salah satu alternatif bagi mata mereka yang kekuatan penglihatannya kurang dan enggan menggunakan kacamata. Nah, mungkin dengan menggunakan soft lens dirasa agak praktis. Namun apa jadinya kalau soft lens dapat merusak mata indah anda. Memang sosialisasi terhadap bahaya pengguna soft lens masih asing terdengar di telinga kita.
Berdasarkan hasil penelitian sejak tahun 2003 yang dilakukan tim dokter dari Pusat Kornea, Universitas Illinois, Amerika Serikat, terjadi peningkatan jumlah kasus infeksi mata serius yang disebut dengan Acanthamoeba Castellani.
Acanthamoeba castellani adalah suatu mikroorganisme yang banyak ditemukan pada air terkontaminasi. Nah, kontaminasi ini sering terjadi pada tempat penyimpanan soft lens milik anda. Seperti kurangnya menjaga higienitas saat menyimpan atau tidak mensterilkan lensa kontak dengan benar, akibatnya dapat menimbulkan infeksi pada mata. Penyakit mata ini biasanya disebut dengan Acanthamoeba Keratitis (AK) yang disebabkan oleh Acanthamoeba Castellani (tanyadokteranda.com).
Menurut Dr. Charlotte Joslin, ada 63 kasus yang teridentifikasi AK akibat menggunakan lensa kontak, hingga akhir tahun 2006. Dan biasanya 2-3 kasus per tahun. Hasil tersebut memberikan bukti, perawatan lensa kontak yang tidak sesuai aturan akan meningkatkan risiko infeksi (pikiranrakyat.com/8 Januairi 2009).
Sekilas terlintas diingatan saya, kala itu jeda rutinitas belajar di kampus, Jumat, 26 Desember 2008, salah satu teman saya bercerita tentang infeksi mata akibat soft lens. Sontak saya pun menyimak apa yang ia katakan. Karena saya juga merupakan salah satu pengguna soft lens.
Samira (22) namanya. Ia adalah mahasiswa jurnalistik, IISIP Jakarta, yang kerap kali menggunakan soft lens. ”Kadang kalau tidur malam tidak dilepas. He-he-he,” ujar wanita ini santai. Ia beralasan malas buka pasang soft lens karena tidak merasakan perih di mata.
Namun kekhawatiran Mira –akrab disapa- menggunakan soft lens muncul karena salah satu temannya, Maria (21), mengalami infeksi di kedua matanya. Dan membutuhkan perawatan dokter. Entah seperti apa cara Maria menggunakan soft lens, Mira tidak menjelaskan secara detail.
Hanya saja, kata dia, Maria memang saban harinya tergantung pada soft lens karena cara ini dirasa praktis ketimbang menggunakan kaca mata. Namun ia (Maria) juga pernah mengeluh sewaktu menggunakan soft lens, karena merasa tidak nyaman di mata, dan sering kali soft lens bergeser dari retina mata, serta pandangan mata terasa kabur. Padahal, kata Mira, soft lens yang dibeli Maria tersebut terbilang mahal, di salah satu optik ternama di Jakarta.
Ternyata bukan suatu jaminan juga jika kita membeli soft lens di salah satu optik ternama atau optik-optik counter biasa lainnya. Kita tentu menginginkan soft lens yg dibeli tersebut terjamin dengan ke-sterillan-nya. Pada waktu pertama kali menggunakan soft lens, pengguna biasanya sudah diingatkan untuk dapat menjaga higienitas soft lens. Juga dianjurkan sekaligus membeli air mineral atau air rendaman soft lens jika lagi tidak dipasang pada mata.
Tak ayal, setelah mengetahui keadaan Maria tersebut, kini Samira kembali menggunakan kacamata, sebelah kanan minus 4 dan sebelah kiri minus 3. ”Sekarang nggak pake soft lens, lagi. Aku jadi takut. Pake kacamata, cari aman aja,” cetus wanita berjilbab ini serius.
Selain dapat menimbulkan infeksi pada mata karena tidak mengetahui cara menggunakan soft lens yang baik dan juga tidak menjaga higienitas soft lens, lambat laun bisa menimbulkan katarak pada mata. Apa itu katarak? Seperti apa gejala-gejala katarak timbul? Bagaimana cara pencegahannya?
Katarak adalah kekeruhan pada lensa mata, yang menyebabkan penglihatan seseorang menjadi buram, bahkan lama-kelamaan dapat menimbulkan kebutaan. Hal ini dikarenakan cahaya yang masuk tidak dapat mencapai retina, akibat terhalang oleh lensa yang keruh, biasanya berwarna keputih-putihan. Sebagian besar katarak disebabkan oleh proses penuaan atau lanjut usia. Tapi tak bisa dipungkiri hal ini juga berakibat mereka yang berusia muda dan tergolong sehat. Salah satunya pada pengguna soft lens, yang saya jelaskan di atas.
Apakah penyebabnya? : Dapat bermacam-macam, umumnya karena usia lanjut, infeksi virus, genetik, gangguan pertumbuhan, gangguan metabolisme seperti Diabetus Mellitus (DM), traumatik, obat-obat steroid, rokok dan alkohol dpt meningkatkan risiko terjadinya katarak.
Biasanya gejala berupa keluhan penurunan tajam penglihatan secara progresif (spt rabun jauh memburuk secara progresif). Penglihatan seakan-akan melihat asap dan pupil mata akan bertambah putih. Pada akhirnya apabila katarak udah matang pupil akan tampak benar-benar putih, sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negatif. Bila katarak dibiarkan maka akan mengganggu penglihatan dan akan dapat menimbulkan komplikasi berupa glaukoma dan uveitis.
Pengobatannya: Satu-satunya cara adalah dengan pembedahan, yaitu lensa yang telah keruh diangkat dan sekaligus ditanam lensa intraokuler sehingga pasca operasi tidak perlu lagi memakai kacamata khusus (kaca mata aphakia). Setelah operasi dijaga jangan sampai terjadd infeksi.
Pencegahannya: Disarankan agar banyak mengkonsumsi buah-buahan yang banyak mengandung Vit C, Vit A, Vit E.
Ulkus kornea akibat lensa kontak (koleksi PPDS Mata UA):
Ulkus kornea akibat lensa kontak
Lensa kontak warna warni sangat disukai kaum muda. Tapi tahukah anda perlunya waspada bahaya perlukaan “erosi” kornea hingga terjadi ulkus “borok” pada mata. Saat memakai lensa kontak, permukaan kornea yang sesungguhnya sangat sensitif menjadi teranestesi (kurang peka). Disinilah bahayanya, mata menjadi kurang peka, sehingga bila ada perlukaan pengguna lensa kontak tidak menyadari. Dari mata merah hingga timbul suatu ulkus “borok”. Dan bila sudah sampai pada ulkus, seringkali terjadi gejala sisa yaitu sikatrik kornea yang tentu saja dapat mengganggu penglihatan hingga kebutaan bila terdapat di sentral kornea.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar